Pada motif batik ceplok berasal dari Keraton Kotagede (Mataram) Yogyakarta. Batik ceplok sejatinya merupakan seni batik kuno. Motif yang terlukis sebagian besar gambaran ornamen dari candi Budha dan Hindu yang dominan dengan corak kotak, lonjong ataupun garis miring. Berikut ini penjelasan maknanya, antara lain:
Makna Serta Filosofi Dibalik Batik Ceplok
Ceplok atau biasa disebut ceplokan adalah seni batik yang telah ada di masa Kerajaan Mataram. Pola dasar geometris atau simetris membentang di sepanjang kain. Motif dasar tersebut dipadukan dengan isian lain seperti bunga, garuda maupun burung.
Meski tergolong seni batik kuno, motif ceplok rupanya penuh akan makna. Arti yang dapat diambil dari seni batik ini adalah keteraturan kehidupan serta garisan takdir seperti yang tergambar dalam motifnya. Hal ini mengisyaratkan kehidupan telah ada aturan dan garisnya. Pada zaman dulu batik ceplok kerap dipakai oleh punggawa Keraton.
Harapan untuk para pemuka Keraton yang memakai batik ini dapat menjaga keseimbangan dan bekerja dengan penuh kejujuran. Motif ceplok juga sering digunakan untuk acara pertunangan atau pernikahan. Seiring berjalan waktu, motif ini sudah sangat universal dapat digunakan siapapun di segala acara.
Jenis-Jenis Batik Ceplok Beserta Maknanya
Batik ceplok cukup beragam, pola dasar geometris seperti lingkaran, lonjong, kotak, garis atau bahkan bintang dapat diisi dengan beragam motif batik lainnya. Bicara soal batik ceplok, ternyata terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
1. Motif Ceplok Kawung
Kawung merupakan seni motif batik ceplok berasal dari Jogja yang cukup terkenal. Pada motif batik kawung yang terlukis, terdapat makna menyentuh yang bisa diambil. Kawung memiliki arti harapan bagi manusia untuk mengingat asal usulnya. Pada masa lampau motif ini kerap digunakan petinggi keraton.
Sang pemuka yang menggunakan batik ini diharapkan dapat berwibawa dan mampu menahan hawa nafsu. Hal lainnya adalah benteng untuk selalu mengedepankan hati nurani dan menjaga tindak tanduk atau sikap. Motif kawung menyerupai buah kawung yang tersusun secara geometris dan sebagai lambang kesucian serta umur panjang.
2. Batik Ceplok Kesatrian
Ceplok Kasatrian tergolong rangkaian jenis motif yang tak kalah populer. Makna yang terkandung di dalamnya adalah kekuatan dan keberanian. Motif batik ini diyakini cukup sakrall. Salah satu corak sakral yakni motif ikan berkepala tunggal. Corak inilah yang diyakini dipengaruhi ajaran tasawuf dalam Islam.
3. Batik Ceplok Truntum
Karya seorang Kanjeng Ratu Kencana yakni permaisuri dari Sunan Paku Buwono III terkukuh dalam sebuah corak batik yakni batik truntum. Makna motifnya ialah cinta dan kesuburan. Motif ini diyakini sebagai simbol keabadian cinta yang tulus tanpa syarat serta diharapkan selalu subur seiring waktu.
Batik dengan motif Truntum sering dipakai di acara pernikahan. Makna mendalam tersebut diharapkan dapat tersambung pada hati kedua mempelai. Tidak jarang juga yang memberi makna untuk kedua orang tua mempelai agar selalu dapat menuntun sang pengantin.
4. Batik Ceplok Sriwedari
Nama Sriwedari berasal dari nama taman di hiburan rakyat yang merupakan hadiah dari Sri Sunan Paku Buwana X untuk warga Solo. Begitu mengenalnya hingga diabdikan untuk sebuah nama motif batik. Sriwedari menggambarkan kesejukan kehidupan serta ketentraman dalam keluarga. Motif ini tidak terikat pada suatu ritual, sehingga dapat dipakai semua golongan.
5. Batik Sidomukti
Sidomukti merupakan penerapan dari makna kesejahteraan. Pengayoman dari unsur ini mengharapkan siapa pun yang memakainya mendapatkan kebahagian, selalu berkecukupan dan bahagia lahir batin. Motif yang terdiri dari pewarna alami yaitu soga alam digunakan dalam pernikahan adat Jawa saat siraman atau ijab qobul.
Itulah Motif batik ceplok berasal dari Yogyakarta telah mendunia. Bermacam-macam seni motif batik mampu dikreasikan dengan berbagai model pembuatan baju seragam batik dan produk fashion seiring perkembangan jaman. Kreasi yang muncul tidak melupakan makna dasar dari batik itu sendiri. Seni batik sejatinya memiliki berbagai makna mendalam untuk manusia.